Mendaki Buthak Sebelum Covid 19 - 2868 Mdpl.

Puncak pendakian Gunung Buthak, 2868 Mdpl

.....
Aku kembali bosan dengan keadaan kota yg seakan mengekang. Dalam lingkungan sebagian orang mampu berkuasa dan sebagian yang lain tak berdaya karena di kota orang yang ber'uanglah yang berwenang dan yang memiliki kedudukan lah yang berkuasa.
Terlintas dalam pikiran untuk kembali ke alam, ku rindu hutan hijau dengan sejuta kunang-kunang, ku rindu ketinggian di atas lautan awan, ku rindu senja yg mengintip di balik dedaunan, ku ingat sunrise yg selalu ku kejar namun di tinggalkan.
Aku ingat itu semua, kita berbincang-bincang mengenai pendakian sesaat dulu di Arjuno Welirang dengan jumlah empat orang aku, beril, dani, dan arda bagai empat sekawan di empat hari menuju Arjuno Welirang.

Kita sudah lama tidak mendaki sejak akhir tahun 2019 kemarin. "Seru wafa"

Nanti mungkin ada rencana ke Buthak, kapan saja ayo aku siap, "berilah dengan nada semangatnya"

Minggu Depan "sambil memotong pembicaraan beril"
Nanti aku kasih tau arda biasanya dia mau ikut kalau aku ngajaknya muncak, sekalian kamu ajak dani.

Wahh dani gak bisa katanya sdh pernah aku ajak, dia baru bisanya bulan depan, gimana rencana pendakian jadikan? "Beril masih heran dengan rencana pendakian nya"

Ya jadi lah. nanti kita sebelum hari H langsung
Persiapkan apa yang di butuhkan, aku juga nanti akan ajak anggota mapala atau teman pendakianku barangkali dia mau gabung.

Oke gpp ajakin aja "seru beril"

.. Lima hari kemudian sebelum hari H

(Suara telpon berbunyi)
Halo wafa "suara telpon dari arda"

Iya da knp? "Seru wafa dengan heran karna mendengar arda tergesa-gesa"

Maaf wafa aku gak bisa ikut muncak badan lagi kurang fit, nanti kamu bawa saja kompor sama nestingnya "seru arda".

Oh ya gpp.
Di selasela arda memberitahukan infon nya ada pesan masuk dari temanku, fando teman yg ku ajak muncak mau, namun seperti ada harapan yg hilang dari dirinya ia membatalkan pendakian. "kata fando dalam pesannya"

Kemungkamu kita berdua karena sebagian padat dengan tugasnya, sebagian padat dgn aktifitas nya.

Di sela-sela sebelum keberangkatan hafif temanku mau join bersama tiga teman lainnya men, sunan, dan Icha. Ia juga ingin melakukan pendakian ke buthak.

Saya khawatir karena mereka belum pernah melakukan pendakian mungkin bisa di bilang awalkalinya saya tanya mengenai logistik, carrier, tenda dll saya terkejut karena mereka sudah mempersiapkan semuanya.

Oke misalnya mau bareng nanti datang jumat malam sesudah isya start di kosku beril juga bakalan datang setelah itu

"Malam hari sebelum pemberangkatan" Waktu semakin malam dengan semua barang bawaan yg sudah siap, kami berputar melingkar dengan panjatan do'a. Do'a selesai semua menaiki kendaraannya masing-masing motor yg cukup untuk menampung dua orang pas karna kita berenam, semua mata saling berpandang ke setiap kawan dengan anggukan tanda bahwa saat ini kendaraan mulai ditancapkan.

2 jam.. 3 jam dalam perjalanan hari semakin malam angin semakin dingin perjalanan yg ditempuh lumayan panjang sehingga kita mengantuk dalam perjalanan jika lelah, ya lebih baik gantian dengan teman.
Waktu sdh menunjukan setengah satu malam namun perjalanan tak kunjung usai, tapi aku rasa kita sdh lama perjalanan dari mulai brangkat sekitar jam 22:00an. Tiba-tiba beril memberhentikan motornya aku hawatir.

Ada apa?
Gak mau ke indomaret saja :v.
Kirain. Aku kira ada yg ketinggalan.
Lagi pula aku lupa arah hehe, nanti tanya saja ke tukang tahu yg ada didepan.

Kita semua berhenti di indomaret cari cemilan dan istirahat sejenak untuk memulihkan tubuh. Setelah hampir setengah jam kita brangkat dapat info dari tukang tahu yg didepan bahwa perjalanan sebentar lagi ia juga menunjukkan jalur yg di tujunya. Kita semua brangkat sesuai yg di tunjukkan tukang tahu tadi setelah beberapa menit kita putar-putar dalam perjalanan ternyata benar didepan kita ada gapura yg menujukan selamat datang di objek wisata Panderman.

Tiba-tiba seseorang menyuruh kami berhenti diposko mereka petugas yg melarang motor matic sampai ke atas basecamp mereka menyuruhnya parkir di tempat yg sediakan yg lumayan jauh dari basecamp, ya mau tidak mau kita harus mengikuti peraturannya, bahkan Sunan yg menggunakan motor gigi juga meletakkan motornya di tempat parkir matic karena menurutnya biar bisa bareng. Jika kita parkir di tempat ini itu artinya kita start bukan dari basecamp melainkan lebih bawah lagi heem ya sdh lah, kita sampai di area parkir motor matic jam 01:45 WIB. Sebelum brangkat kita melakukan packing ulang karena ada beberapa barang yang perlu di rapikan hingga barang semua siap.

Setelah semua barang siap, pada jam 02:05 WIB kita semua siap untuk melakukan pendakian untuk sampai ke basecamp. Kemudian semuanya melingkar dan doa dalam hati di mulai. Satu langkah dua langkah terangkat hingga jalan mulai meninggi sambil berjalan kita banyak berbincang tentang kegiatan keseharian selama di pendakian, tentang mengejar sunsite yang semakin terbenam, tentang sunrise yg di tunggu tak kunjung datang bahkan terkadang kita ketinggalan akan kedatangannya, tentang tanjakan bermula landai tak kunjung usai (tanjakan php) hingga tanjakan mulai meninggi 90 derajat dengan stuktur bebatuan yang rasanya seakan membuat kaki mengangkat jauh lebih tinggi, tentang apa yang di lakukan jika sudah sampai puncak, tentang logistik barang bawaan makanan dan minuman, tentang persiapan ngopi-ngopi dipuncak.

Kopi, kopi tadi di jok motor sudah kau ambil cih "Seru Men dengan logat makasarnya"
Lah mana saya tau kamu yang simpan, aku kira sudah kau ambil cih "Jawab sunan"
hehehe kan di jok motormu, maaf lupa aku ambil "Men sambil tersenyum ketawa"
Sebentar biar aku ambil, tunggu disini ini nitip carrierku aku mau lari ambil kopi "Sunan dengan kondisi terburu-burunya mau ambil kopi".
kami hanya menunggu ditempat dengan melihat sunan berlari kebawah hingga dia datang membawa kopi.

.....

Gunung Butak adalah gunung stratovolcano yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa TimurIndonesia. Gunung Butak terletak berdekatan dengan Gunung Kawi. Tidak diketemukan catatan sejarah atas erupsi dari Gunung Butak sampai saat ini. Gunung ini berada pada posisi -7,922566˚ dan 112,451688˚ dengan ketinggial 2.868 mdpl(9,409 ft).
Segi Topografi : Gunung Butak keseluruhan memiliki konfigurasi lahan bervariasi antara lain sedikit datar dan luas,kebanyakkan jalur pendakiannya terjal dan melewati kebun teh.
Segi Iklim : Gunung Butak termasuk gunung dengan tipe iklim C dan D dengan suhu kurang lebih 0˚C - 10˚C pada malam hari. Sedangkan pada pagi hari hingga siang harinya suhu berkisar antara maximum 15˚C Tipe Hutan: Gunung Butak merupakan hutan hujan tropis dan hutan lumut.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Butak

Itu yang pernah aku baca di wiki. Sejarahnya sih kurang tau aku. "Seru Wafa"

Kalau dalam rumor yang beriedar buthak adalah hidung dari pegunungan putri tidur, ada beberpa gunung yang seperti membentuk tubuh seorang putri yang sedang tidur salah satunya adalah gunung buthak, dan jika dilihat dari ketinggian malang bagian barat akan tampak jelas.


ada dua gunung lainnya dalam pegunungan putri tidur gunung kawi dan gunung panderman. gunung kawi rumornya lebih mistis karna ada tempat kastil, keraton, ziarah, bahkan pesugihan selain berziarah disana banyak orang yang datang untuk minta pesugihan tapi itu semua belum tau kebenarannya. "Kata Beril"

Kok kamu tahu. "Seru Wafa"
Baca... "Jawab Beril dengan memperjelas bahwa itu semua ia tahu dari apa yang ia baca"
Ayo semuanya semangat basecamp bentar lagi kalau mau minum tar ngomong kalau mau istirahat nanti kita brik sejenak. "Seru Wafa dalam perjalannannya"
Bawa rasa dari tadi sebentar terus tapi pas di jalannin gak selesai-selesai. "Hafif mulai heran".
Wafa tersenyum karna yang ia maksud sebentar itu hanya untuk menyemangati sampai tujuan, tanpa basa-basi wafa menyuruh semuannya untuk brik sejenak dan minum air karna wafa lihat teman-teman mungkin kelelahan tapi mereka sungkan untuk mengatakan, akhirnya kita istirahat sejenak dan minum sedikit air sebelum melanjutkan perjalanan.

Perjalanan dilanjutkan dengan penuh semangat serta di iringi musik dari radio aktif yang kami bawa musik berputar dengan irama yang tinggi membuat kami lebih bergairah untuk melakukan perjalanan, tapi saya sadari menyalakan musik dengan volume yang tinggi tidak baik di sekitaran pemukiman warga sekeika saya mengecilkan volume suara musik agar suara tidak mengganggu warga yang sedang tertidur. ada bau yang menyengat aku sontok bilang keteman di sebelahku beril, 
Ini nih mulai kecium bau belum mandi, emh tuh kan bau nya semakin menyengat. "Canda Wafa"
Tuh lihat kandang Embe. "seru Beril, sambil menunjukan arah bau".
ternyata kita berjalan di sekitaran peternakan warga ada ternak kambing, ternak ayam, ternak sapi hingga susu perasan hewan, selain tempat ternak ada banyak vila di tempat ini dari yang ada pengunjung, tak ada pengunjungnya sama sekali, dan bahkan vila tak terhuni ya mungkin peletakan vila dilokasi kurang tepat. Ketika kami memutar balikan badan ke arah belakang kami sadar bukan kami yang menatapi pemandangan tapi pemandangan yang menatapi kami, pemandangan Kota Batu tampak terlihat indah dengan keramaian serta jutaan lampu warna-warni berkilauan tampak kecil dari ketinggian bagai kunang-kunang yang menghiasi Kota Batu.

kami berjalan sudah lama dari mulai jalur lintasan kendaraan yang masih aspal hingga tampak jalur tanah dan bebatuan yang tandanya basecamp sudah tidak lama lagi, dan ternyata tak lama di bincangkan dugaan kami benar basecamp ada di depan Jam 02:15 WIB kita sampai di basecamp tidak menunggu waktu lama kami langsung mencari area yang datar untuk mendirikan tenda karena rencana pendakian dari basecamp dimulai sekitar jam 6 pagi. kami mendirikan dua tenda bersebelahan satu tenda yang di isi 2 orang Wafa dan Beril serta satu tenda yang di isi 4 orang Hafif, Sunan, Icha, dan Men, parit di buat untuk genangan apabila hujan turun sehingga tenda yang kami dirikan tidak kebanjiran. Saat nya makan malam, kami mengeluarkan bahan makanan yang kami bawa, saya rasa sedikit beras dan 3 kaleng sarden cukup untuk menu makan malam kita ini. Beril dan hafif mencari sember air untuk mencuci beras serta mengisi botol minum yang kosong setelah keduanya datang akulah yang memasak nasi serta sarden untuk makan malam ini, sebagian teman Sunan, Icha, dan Men membersihkan dan menata barang bawaan dalam tenda karena setelah tenda didirikan barang yang dibawa harus dirapihkan, makan dengan beralaskan kertas minyak lebih berasa kebersamaanya kara diatasnya kita makan bersama dengan canda.


Kilauan mentari menyinari kami seakan membangunkan kami dari lelapnya tidur seakan seakan menyinggung kami yang katanya jam 6 pagi brangkat hanya wacana huuh. kami baru bangun set 8an langsung semuanya bergegas untuk melakukan bagiannya masing-masing sebagian masak, beres-beres, dan lepas tenda.
Makan pagi sudah, beres-beres sudah, lepas tenda sudah, packing barang sedang proses,"pikir wafa  sambil melihat sekeliling" kemudian menuju loket pembayaran untuk melakukan simaksi seperti biasa petugas menanyakan jumlah anggota dalam regunya, ketua regu harus menulis form keberangkatannya, melakukan pembayaran,
Total Rp 60.000 "Kata petugas menyebutkan jumlah angka yang harus di bayar".
Berarti untuk pendakian Gunung Buthak maupun Gunung Panderman via panderman setiap orang bayar Rp 10.000 baik berapa hari ia tempuh yang penting sesuai dengan data yang di isi kan di form.


Alam memiliki cara tersendiri dalam berekspresi, tuhan menciptakannya menjadi tempat sebuah penaungan mahluk, yang meniadakan semua kefanaan sehingga tak berlaku ditempat ini, trak curam, terjang, maupun landai seperti kawan diperjalannan, ia bernyayi lewat kicawan burung-burung dan sesaat menunjukan dirinya sebagai hijau yang bergoyang, puncak bagai penyemangat setiapkali memandanginya seakan mengabari ayo kamu bisa sampai sini.

Sampai berhenti di dua persimpangan yang menghubungkan antara Gunung Panderman dan Gunung Bhutak. dari arah berangkat sebelah kiri adalah arah ke panderman dan sebelah kanan menuju bhutak yang nantinya akan kami lewati. belum sempat melanjutkan perjalanan saya melihat spot menarik yang keren kalau dijadikan tempat foto, sebatang pohon mati.


Landai perjalanan dilalui hingga kami merasa mengecil karena dikelilingi banyak pohon besar nan rindang. ketika track sudah tak lagi lebar sebelum menuju sebuah tanjakan kami dihampiri seekor monyet berukuran besar tepat berada didepan kami.
Rill.. ada monyeeet. "Seru Wafa, memanggil beril yang berada jauh didepan".
Sebelumnya kami berjalan bersama hingga Icha dan Men mulai berjalan melamban.
Break.. istirahat dulu, jangan dipaksakan lagipula puncak tidak akan lari kalau kita kejar. "Seru wafa"
pos didepan masih lama kah? "Tanya Hafif"
kurang tahu mungkin sebentar lagi.. ini air. "Sunan menyauti sambil memberikan botol minum"
aku duluan yaa mau ku cek kondisi didepan. sepertinya sebentar lagi ada tanjakan, aku tunggu sesudah tanjakan. "Beril meminta dirinya berjalan duluan untuk mengecek kondisi didepan".
Namun tidak ada balasan suara dari beril yang menandakan kami sudah terpisah jauh. aku yang berada didepan mengintruksikan rombongan untuk terus berjalan dengan tenang. belum sempat semuanya berjalan tiba-taba monyet lompat persis ditengah-tengah kita yang memisahkan aku, Men, Hafif dengan Sunan dan Icha. sang monyet terus memperhatikan orang-orang diantara kita sambil sesekali menengok sebuah kresek pelastik berisi sepatu yang dicangkolkan disamping tas Icha.


Kayaknya monyet itu lapar nih dia pikir pelastik itu berisi makanan. "Seruku dalam hati"
Ada yang punya makanan ringan, roti atau permen mungkin? "Tanya Wafa"
Ini mas ada sisa roti ambil aja. "Kata dua pemuda yang iku tim kami sambil membuka-buka tas kecilnya" dan ternyata benar mahluk berbulu yang doyan makan pisang dan kacang itu minta makan dan sekarang lagi makan roti.
Ayok langsung jalan aja sebelum ngikut nanti manyetnya wkwak. "Kata Wafa"
 

.....

 



Tepat jam 11.00 kami sampai di pos 1. yaa kalau dihitung-hitung start keberangkatan dari jam 09.30 sampai tepat jam 11.00 sekitar 1 jam 30 menit perjalanan dari basecamp ke pos 1.

Pemandangan yang tampak indah sebuah gunung yang kami pikir jika bukan butak pasti panderman dilihat dari bawah batang pohon. dengan melonjorkan kaki dan membuka sedikit biskuit, roti lapis, madurasa, permen lolipop tunggu tunggu ini banyak namanya hahaha.
Nutri sari masih ada? "Tanya Sunan".
Habis kayaknya, Oh iya habis. "Hafif sambil membuka-buka tasnya".
Bikin lagi aja, depan ada warung tuhh. mungkin jualan nutrisari beli sansetannya aja. "Seru Sunan".
itu coba lihatin, orang-orang pada ngambil air disana. mungkin ada mata air. "Seru Beril sambil menyela pembicaraan".
Ini tinggal 5 saset katanya, langsung aku beli semua hahaha. "Seru Men"
jangan semuanya diseduh sisakan dua buat nanti siapa tahu diatas buat nutrisari lagi. nanti sebelum berangkat kita isi air disana. "Seru Wafa".

Sedikit nutrisari menjelang panasnya mentari dibarengi dua sampai tiga gorengan agar berharap tubuh menjadi segar dan ringan, ahh antara kesal dan senang. mata kok jadi ngantuk berat sekali rasanya mengangkatkan badana palagi sambil selonjoran dinaungi pohon-pohon. dan akhirnya kita tetap harus memaksakan diri melawan rasa ngantuk dan istirahat yang berlebih waktunya untuk menuju pos 2. 

......

Orang menyebutnya tanjakan php, pantas karena kami merasa terhipnotis dalam perjalanan yang tak kunjung sampai atau seperti diberi harapan bahwa pos selanjutnya ada didepan namun ketika dikejar nyatanya bukan. Kemudian memberi harapan kembali dengan mengisyaratkan bahwa itu lohh pos selanjutnya ada didepan, tapi ketika sampai hanya kembali dengan pemberian harapan. 

Sedikit bingung apa yang dimaksud tanjakan ini. "Seru Wafa"
Atau bingung sebenarnya apa yang diinginkan tanjakan ini. "Beril berargumen"
Entahlah.. "Wafa menggelengkan kepalan sambil mengangkat kedua tangan pas dipundaknya"
Ayok jalan lagi. "Seru Beril"
Yakin gak mau minum dulu? Hey. "Seru Wafa"
Beril bergegas melanjutkan perjalanan setelah berhenti sejenak melakukan pembicaraan. 

Belum sampai di pos 2 kami berhenti ditempat pemberhentian yang cukup luas dan banyak juga rombongan berhenti untuk istirahat ditempat ini. yaa awalnya cuma mau berhenti sebentar makan snack dan  minum - minum saja sampai kebablasan buat mie instan dan nyeduh nasi. Panasnya mentari disiang hari dengan lelahnya perjalanan, disatu sisi angin yang berpihak membuat beberapa rombongan yang saya lihat tertidur lelap.



.......


Di pos 2 kami tidak melakukan banyak aktifitas, karena untuk masalah konsumsi nanti dulu dehh udah pada kenyang mungkin yaa. Akhirnya jam 14.00 kita hanya berhenti sejenak untuk menikmati alam dan melihat lingkungan sekitar. 

Ketika kembali berpetualang bersama akar-akar yang selalu ada disetiap perjalanan dan dedaunan yang berterbangan karena ranting-ranting menari oleh irama angin kencang baru kusadari bukan hanya tanah yang saling mengikat dengan akar. selayaknya manusia yang mempunyai rasa saling mencintai dari dua jenis. adam dan hawa, yang saling menjaga untuk generasi peradaban tentang apa yang menjadi tujuan. Kulihat karakter itu ada pada sunan ketika menjaga icha melewati setiap perjalanan yang ditempuh untuk tujuan yang sama 2868mdpl. 
Mau istirahat dulu kah? Perlu hati-hati karena didepan jalannya licin. "Seru Sunan sambil menuntun icha".
Gak apa2 lanjut aja. Pelan-pelan yaa. "Seru Icha dengan berjalan pelan sambil memegang kuat tangan Sunan".
Nah sampai juga, cukup bahaya yaa tadi. " Kata Sunan dengan ekspresi kaget melihat kedepan "
Ini hutan lumut. Akar - akar dan batang pohon besar dan menculam disini. "Kata Beril"
Hati-hati banyak akar yg tumbuh di track nanti kesandung. "Seru Icha kepada Sunan"
Udah sini duduk dulu yang lain juga istirahat. "Seru Sunan sembari menarik Icha hingga duduk dipangkuannya"
Ihh dibilang. Nanti kalau terluka baru rasa sakitnya. "Canda Icha"
Iya iyaa.. Lagian serius banget. Tahu gak kalau dihutan kayak gini biasanya ada satwa-satwa liar? Hahaha. "Canda Sunan"
Babi ganas atau keledai mungkin yaa hahaha. "Canda Icha"
Lohh kok keledai? Mana ada dihutan. Ngaco ahh. "Sahut Sunan".
Terdengar sekejap candaan dan tawa mereka dikeheningan hutan yang hanya dibarengi suara bising serangga. 

Dukkk...!! "Terdengar suara keras diheningnya suasana" Wafa terjatuh oleh batang pohon yang menghadang, padahal sebelumnya dia menghindari lunjakan akar-akar. Seketika berusaha untuk bangkit dan menghembas-hembas area terluka. 
Gak apa-apa tahh waf. "Tanya Beril"
Kaget aja. "Sahut Wafa"
Fokus waf fokus. "Seru Beril"
Iya sempat bengong aku tadi. "Sahut Wafa"
Lumutnya kok bisa tebal gini yaa. "Seru Wafa"
Berasal dari air hujan yang menggenang dibatang pohon. "Seru Hafif"
Pepohonan berlumut gini serem yaa. "Seru Men sambil memegang lumut batang pohon"
Kalau dari jauh ngelihat keseluruhan kek angker gitu. "Kata Beril"
Apa gak ada cerita mistis hutan ini tah ril? Hahaha. "Wafa sambil mengalihkan suasana"
Hahaha. "Sahut beril"

..... 

Jam 15.10 kami terdampar di sedikit lahan gundul dengan kondisi nafas yang tersendak sendak dan merebahkan badan untuk menikmati lelah yang mulai menghilang. Panas sang surya semakin redup dan menjauh dari kita, namun sinuar ultraviolet berkilauan menyilaukan kami yang sedang asik-asik  nya rebahan. Kehangatan tim dan jiwa optimistis memang perlu untuk sebagai seorang pendaki, sehingga akan menciptakan semangat dan energi seperti warna oren pada sinar sang surya saat ini, dan yang terpenting seperti awan-awannya saling melindungi. "Pikir Wafa"

Buang sampah disini banci. "Beril membaca papan tulis"
Ini kalimat pernyataan atau ajakan? Haha. "Seru Hafif"
Ehh itu maksudnya nyuruh banci buat buang sampah disini. "Canda Men"
Intinya yang nulis tidak menginginkan orang-orang buang sampah disini. "Seru Hafif"
Iya dengan bahasa yang lebih dimengerti tentunya. "Seru Men"

Gunung bukanlah tempat sampah. Tidak sedikit orang yang kembali tidak membawa sampahnya, bahkan larangan untuk tidak membakarpun dilanggar hanya untuk membakar sampah. Memang itu keputusan pihak pengelola setempat yang tentunya tidak semua gunung melarang hal seperti itu. 

Sejak tahun 2012 pendakian semakin ramai dan buming dengan diterbitkannya buku dan disiarkan nya filem 5 cm; yang menceritakan sekerupulan kawanan yang bosan dengan pertemanan nya sendiri dan panatnya kota sehingga akhirnya memutuskan untuk melakukan hal baru yaitu pendakian di puncak mahameru. 

.... 

Aku dan beril yang masing-masing membawa dua carrier terpisah dari rombongan karena mulai berjalan lamban, ditambah permukaan jalan yang semakin menanjak serta beban bawaan yang mulai terasa akhirnya kami memperkenankan mereka buat berangkat lebih dahulu untuk mendirikan tenda di sabana. 


Mata terpejam menandakan kalah nya aku oleh suasana angin sepoisepoi dan keadaan badan yang membutuhkan istirahat. Aku dan beril kami berdua tertidur di track tanjakan yang berawal dari istirahat dan merebahkan badan hingga tak sadar ketiduran. Kami tidak tahu apa reaksi pendaki lain ketika melewati kami yang tertidur di track hahaha, terpikir orang lain akan menyangka kita tewas ketika melakukan pendakian atau sengaja tidur konyol, mungkin juga orang lain akan berfikir hal yang sama untuk istirahat. Ya setidaknya istirahat kami tidak menghalangi jalan. 

..... 

Men, Sunan, Icha, dan Hafif lebih dulu didepan dan jauh setelah wafa dan beril dibawah tiba-tiba berhenti diposisi berdiri nya masing-masing. Mengusap kringat dahi dan memandang keatas dengan nafas yang tersedak - sedak. Seseorang menyapa dengan arah yang berlawanan.

Ayok semangat bentar lagi diatas sabana. "Sapa pendaki berpapasan dijalan"
Lima menit lagi sampai. "Sapa pendaki lain"
Bawarasa mas-mas yang tadi kebawah bilang juga 10 menit lagi sampai. "Seru Hafif"
Hahaha ditambah 10 menit lgi. Semangat mas. "Sapa pendaki tadi"
Mas gak ada indomaret kah di atas? Mau minum yang dingin-dingin nihh hahaha. "Canda Man"
Tenang aja mie ayam juga ada mas diatas hahaha. "Canda mas pendaki"
Terkadang candaan kecil menghibur dan melepas letih. suasana seperti itu yang membuat semangat kembali.

Sunan yang melihat tanaman edelwis percaya bahwa padang sabana tidak jauh, bahkan setelah perbincangan bareng para pendaki tadi selesai tidak jauh berjalan setelah nya tumbuhan abadi itu mulai banyak terlihat. 

 .... 


Pemandangan indah nampak ketika kami membuka mata dari tidur lelap. Dari yang sebelumnya tertutupi oleh awan tebal sekarang terbuka dan memantulkan cahaya yang membuat kami terbangun, pemandangan Gunung Semeru tampak megah dengan awan dan kerlip cahaya di sekeliling nya. Sesaat menoleh ke arah beril karena hendak menunjukkan view menarik, namun nyatanya beril juga menatap view Gunung Semeru dan dia lebih dahulu terbangun. 

Gilaa pakk keren viewnya. "Seru Beril"
Gunung Semeru ya? Tampak berada diatas awan - awan sungguh menarik. "Seru Wafa"
Coba foto waff. "Seru Beril"
Lohh handphone mu mana ril? "Tanya Wafa"
Sumpah, males banget guwe ngambilnya hahaha. "Seru beril"
Parah.. Kebiasaan. "Seru Wafa sembari mengambil handphone disakunya".

Cukup. Foto udah banyak, badan juga udah fit an ayok berangkat. "Seru Wafa"
Iya ndang. Ini gantian bawa tas nya. "Kata beril sambil rebahan"
Okey sini. "Jawab wafa sambil mengangkat tas  carrier yang diberikan beril"
Sebelumnya kami masing-masing mengangkat dua tas sampai kami berpisah dari rombongan. Jadi yang membawa dua carrier hanya salah satu dari kami yang akan bergantian. 

Ketika terik mentari mulai menjauh serta sinarnya tidak lagi terasa panas. Ketika track sudah tidak lagi datar. Ketika perjalanan sudah malai seringnya berhenti untuk istirahat dan saling lempar bawa carrier. Rasanya ingin cepat sampai padang sabana untuk melepas lelah dan karena penasaran view nya. berpikir tentang view sambil berjalan nanjak ngos - ngosan, perut sudah tidak bisa lagi diajak kompromi. Akhirnya kami memutuskan untuk masak mie instan dan menggoreng telur campur sarden, yang kami acak dan yakin kalau bukan alam bebas gak bakalan mau makan. Duduk bersandar dipohon besar menunggu matangnya masakan. Pohon besar yang kami tidak sadari setelahnya ada jurang. Lewat arah pohon itu dapat melihat para pendaki didepan yg terlihat menanjak. Rasa tidak enak muncul ketika kami makan hanya berdua dan sempat berpikir apakah mereka didepan sana juga makan seperti kami, namun perasaan lega karena salah satu dari mereka juga membawa kompor dan bahan logistik lainnya. Setelah makan serta sudah melakukan perjalanan kami masih sering berhenti dan berjalan lagi hingga sampai di sabana bertemu bersama. 

..... 

Nahh udah datang. "Seru Men"
Dari tadi tah kalian? "Tanya Wafa"
Dari tadi waff. Sampe duduk - duduk ini haha. "Jawab Men"
Udah makan kahh? "Tanya Wafa"
Belum sempat sihh. Tadi cuma ngemil - ngemil doang ehh waf. "Seru Men"
Yaa udah nanti ayo masak bareng. "Kata Wafa yang mengetahui bahwa mereka belum makan merasa tidak enak, karena dirinya lebih dulu makan diperjalanan"
Oh ya waff. Tadi kelihatan dari atas sini kalian rebahan dibawah. "Kata hafif"
Tapi diatas gak keliatan dari bawah. "Pikir beril"
Ya udah lah ayok. "Hafif mengajak untuk lanjut berjalan"
Tunggu-tunggu udah ngediriin tenda? "Kata beril"
Belum. Sekalian tunggu kalian datang aja. "Kata Men"
Parah - parah, kirain udah ngediriin tenda. Biar bisa langsung persiapan buat makan lalu istirahat. "Pikir Beril'
Ya udahlah ayo cari tempat yang pas buat ngediriin tenda. " Seru Wafa"

..... 

Malam adalah situasi yang pas untuk mengungkapkan lelah. Di indah nya malam, langit laksana lukisan dengan corak gemerlap bintang dan rembulan. Rembulan sebagai simbol penerang malam yang menghangatkan. Suasana hangat juga terlihat ketika saya melihat rombongan orang shalat berjamaah dilahan datar yang cukup lebar. Tak jauh dari sumber air tempat saya ambil air wudu, saya masih memandangi mereka yang baru selesai berjamaah. Gak lama kemudian masih di tempat yang sama hafif datang untuk mengisi botol air minum dan untuk masak yang nantinya akan dimakan bersama. 

Ehh fip. Isi air? "Tanya Wafa"
Iyalah Waff. "Jawab Hafif"
Emang anak-anak udah pada masak? "Tanya Wafa"
Belum sehh. "Jawab Hafif"
Nah itu. "Seru Wafa"
Yaa kan ini buat masak air Waff. "Seru Hafif"
Udahh buruan shalat sana. "Seru Hafif"
Ehh kok tau saya belum sholat, emang kmu udah fipp? "Tanya Wafa"
Udahh. "Seru Hafif sambil menyelak pembicaraan" 
Waduhh. Yudh dehh saya s
Ke tenda dulu. "Wafa sambil berjalan ke tenda"
Ngapain? "Tanya Hafif"
Mau makan mie ayam. "Canda Wafa"
Lahh kan air buat nge rebusnya disini. "Pikir Hafif"

. . . . . 


Lelah terlewati dengan indah nya sabana dan waktu malam yang lama nya terasa singkat, karena kita lewati malam dengan tidur haha. Dua tenda yang kami bawa muat untuk kami berenam. Seperti biasa saya dan beril ditenda yang kecil dan sunan, icha, Hafif, dan Men ditenda lebar yang sunan bawa. 

Kerlip bintang sudah tidak terlihat karena malam semakin gelap dan angin malam mulai datang. Hawa udara semakin dingin, saking dinginnya saya dan beril berebut posisi tempat terhangat hingga akhirnya saya berada diposisi terhangat sebelah kiri samping pintu yang berdampingan dengan tenda sunan, sedangkan beril disamping kanan saya dekat ventilasi jendela yang ditutup.

Udah dehh waff sebenarnya ini gak usah dipikirin. Serahkan pada Allah biar Tuhan yang memberikan jalannya. "Dalam hatinya Wafa" Sebelumnya wafa punya tugas kampus yang harus diselesaikan lusa, namun karena tugasnya yang mengeluarkan biaya disaat uang menipis dan waktu yang kurang tepat sampai - sampai wafa berdebat pikirannya sendiri. Dalam pikirannya terus mencari cara dan mempertimbangkan tentang waktu istirahat, menyelesaikan tugas, dan dibentak asprak kemudian berhadapan dengan dosen. Pikiran yang tertekan menemani waktu tidur seperti angin kencang yang memporak - porandakan isi kepala. 

Jam 03.00 - 04.35 angin kencang mulai terasa. Saking besarnya suara kencang nya terdengar di telinga kami. kain pada tenda kami berbising karena tiupan angin, bahkan tenda-tenda diluar sana juga sama. Entah sekalanya besar atau kecil, ini kah badai. 

Waff dingin waff. "Beril mengisyaratkan wafa bangun"
Iya dingin ril. Mana anginnya kenceng lagi. Kenapa sihh ahh ngebangunin lagi "Seru wafa"
Badai waff. Badai. "Seru Beril"
Iya tahu terus gimana kau ahh. "Seru Wafa"
Tukeran posisi waff, hehe. "Seru Beril"
Bodo amat. "Seru Wafa"
Kami sesaat tidur dari bangun yang menggigil dengan posisi tidur yang berubah - ubah karena angin malam hingga bangun pagi. 

..... 

"Waff bangun waff" Terdengar suara dari luar kemudian terdengar kembali "Ril bangun Beril" Seperti ada orang yang membuka tenda dan mendepak kaki saya. 
Waff bangun makan pagi ayok. "Seru Men"
Emang udah mateng? "Tanya wafa dibalik sleeping bag tebalnya"
Belum, tapi ini lagi buat. "Jawab Men"
Iya udah nanti kesanah, sambil nunggu mateng. "Selak Beril dengan tubuh yg menggigil isyarat masih pengen tidur"
Sumpah dingin banget malam badai lagi. "Seru Wafa"
Dingin apa'an udah siang jam tujuh wkwk. "Jawab Men"

Perjalanan selanjutnya mungkin 1 jam lamban dikit lebih setengah jadi kita mungkin bawa tas kecil dan beberapa cemilan, kopi, teh, air saja. Untuk kompor sama panci saya bawa barangkali nanti diatas mau ngeteh atau ngopi. "Seru Wafa"
Carrier gak usah dibawa yaa? "Tanya Hafif"
Yang sekiranya berat dan gak perlu dimasukkan saja ke dalam tenda. "Jawab Wafa"
Sek dibereskan dulu bekas makannya sebelum berangkat. "Seru Beril"

Perjalanan kami dilakukan setelah makan pagi dengan agak sedikit cepat karena sudah tidak membawa beban beban berat lagi melewati para pendaki yang mendirikan tendanya disekitarn kami tampak memandangi dengan sapaan dan saling menyapa. Tak terasa kami sudah melewati padang rumput savana tempat pendaki mendirikan tenda. Kami disambut dengan pohon edelweis dengan bunganya yang mekar besar menghalangi perjalanan kami disaat hampir semuanya tanjakan. 

Padahal tanjakan masih belum sepenuhnya bebatuan tapi kaki ini udah lemes dan sedikit ngos - ngosan, apa karena tanah pada track yang kita injak langkah nya selalu tinggi. Saya melihat Beril didepan menyelendeh tegap di trackingpool nya dan hafif yang dibelakang saya bersandar di pohon ketika mau melangkah, memang tanjakan nya tinggi dan tidak signifikan itu yg membuat ketika kaki melangkah langsung lemas bergetar. 

Kami sempat beristirahat dua kali dilokasi sebelumnya dan dibebatuan bercagak dan luas untuk menopang kami bersandar. Air minum yang sudah hampir habis kami sisakan untuk ngeteh dan ngopi di puncak nanti. Di tempat ini pula kami melihat indahnya hutan hijau bergoyang berirama dengan lantunan angin mesra, gemerlap awan menghiasi tanda pantulan kasih sayang sang surya dan Gunung tampak menjadi aktor serta backgroundnya. Ketika mencari dalang tentunya ialah sangat pencipta dengan keagungan dan kuasanya yang mengatur bagaimana fenomena ini berputar.

Foto yang saya ambil karena view nya yang indah mengingatkan saya pada suatu kalimat bahwa, "jangan pernah meninggalkan apapun kecuali jejak dan jangan pernah mengambil apapun kecuali foto. Mungkin orang-orang yang pernah nonton film 5cm atau bagi pendaki yang pernah menggunakan jasa guide akan sering dijelaskan.

..... 

Akhirnya kita sampai dipuncak, namun sedikit aneh karena biasanya puncak adalah dataran yang luas dengan beberapa plang tanda. Namun yang saya lihat pohon-pohon dan tanaman liar. Saya mengamati dan berpikir seperti teman - teman yang lain karena kalau tanya kesiapa rombongan pendaki lain yang berpapasan sudah jauh kebawah dan pendaki yang sempat bersama sudah lebih dulu. 
Apa kita tersesat. "Tanya Icha"
Salah jalan atau bagaimana. "Tanya Hafif"
Tunggu tunggu tunggu.. Pendaki tadikan didepan kita dan menuju jalan yang sama. Otomatis arah ke puncak sekitaran sini. "Seru Men"
Bentar. "Kata wafa dengan meng intruksikan untuk diam"
Sedikit terdengar suara ramai dari arah sana. Setelah melangkah dan menghindari pepohonan terlihat jalan setapak yang tidak terlalu lebar dihempit oleh ranting panjang. Tidak salah hampir kami kehilangan arah karena pohon yang menghalangi dan rumput liar ditambah ranting yang menutupi jalan setapak, Tapi setidaknya perjalanan kali ini landai tidak nanjak seperti yang sebelumnya.

Lambat laun perjalanan kami dari sabana memakan waktu 1 jam 15 menit hingga tampak bendera merah putih berkibar dan plang - plang dimana - mana. Seseorang berfoto bahagia bersama. sebagian duduk santai menikmati kopi menatap awan dan sebagian yang lain sibuk menulis lembar pesanan. Tanah yang ku injak tergesek sepatu sehingga menghasilkan debu - debu kehangatan. Banyak hal yang saya pandang menghasilkan senyuman. Sandakan nafas sebagai bukti transaksi, terbayarkan lah sudah  dengan apa yang terlihat dan dirasakan puncak gunung buthak dengan ketinggian 2868 Meter dibawah permukaan laut. Setelah sampai sesaat masing-masing kami bergegas foto personal kemudian foto bersama. Tampak bahagia ketika saya melihat ekspresi wajah penuh dengan senyuman, canda, dan tawa dari teman - teman semua. 

"Perjalanan yang kami lewati dengan waktu dua hari dan waktu pendakian lebih dari 8 jam. Banyak hal yang menjadi pelajaran. Hal yang saya dapat adalah bagaimana kita bisa bergerak bersama menyatukan frekuensi tanpa adanya konflik namun sangat menjungjung tinggi pendapat dan menumbuhkan sikap saling peduli."
- MT. Buthak. Minggu, 15 Maret 2020 



pong... pong. "Suara nontifikasi hp icha ketika kami sudah turun persiapan pulang di gazebo"
Ada notif masuk. "Seru Icha"
Di saya juga ada. Coba buka grup angkatan. "Seru Sunan"
Perkuliahan akan diliburkan selama satu minggu dan mahasiswa diharapkan belajar dari tempatnya masing-masing, karena berhubung dengan adanya COVID-19. "Men membaca surat yang dikirim grup"
Yee besok istirahat. "Seru hafif"
Tidur paling aku pipi. "Seru beril"

Disini aku berpikir bahagia karena mungkin ini jawaban dari Tuhan atas apa yang saya pertanyakan mengenai tugas kampus dan waktu istirahat. Disamping itu saya berpikir akan ada peluang besar bagi covid yang membuat banyak perubahan khusus nya di sektor pendidikan dan prediksi ancaman - ancaman yang akan terjadi.

TAMAT









Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer