MT. PUNDAK 1585 MDPL - [Catatan Pundak]


Puncak MT. Pundak 1585 Mdpl

"Yakinkan aku Tuhan dia bukan miliku, biarkan waktu.. waktu hapus aku. Sadarkan aku Tuhan dia bukan miliku, biarkan waktu.. waktu hapus aku." Lagu hapus aku yang sedang didengarkan wafa lewat earphone kecilnya membuat dia mengangguk-anggukkan kepala. Banyak lagu niji yang seringkali wafa dengar, seperti laskar pelangi yang sering dia ulang berkali-kali. Disaat lingkungan nya yang sering menyajikan lagu dangdut atau lagu kebarat-baratan terkini, lagu lama yang jadi pilihannya untuk teman menyambut datangnya mata kuliah.

Pagi hari yang cerah diwakilkan dengan adanya kicauan burung disertai sinar ultraviolet yang mengintip dari kaca jendela ruangan. Di depan terlihat duduk dua orang wanita berbincang-bincang suatu hal. Di barisan belakang sekumpulan orang membentuk lingkaran dengan dua tangan memegang handphone, karena bermain game sudah jadi kebiasaan waktu luang mereka. Bagiku tentunya tidak masalah, sepanjang yang dilakukan membawa hingga kejuaraan Olimpiade. Dipojok kanan ada seseorang duduk menyendiri sambil membuka lembaran bukunya. Tampak raut wajah kebingungan seperti memikirkan sesuatu yang dia baca. Terdengar pijakan suara kaki sepatu dari luar. Suara yang semakin dekat dan terdengar seperti menuju kearah sini. Mahasiswa menyesuaikan kondisi kelas, karena hawatir jika dosen datang melihat mahasiswa tidak kondusif. "Tok.. Tok, Tok" Seseorang mengetuk pintu dari luar. Mahasiswa semakin kaget. langsung memposisikan duduk rapih bersama-sama melihat kearah pintu. Pintu perlahan terbuka.. Kreooott "suara pintu". 

Sugikk..!!! " Sontak Rico"
hahaha. kaget yaa.. kaget yaa. "Tawa Sugik"
walahh sugik nih. aku kira dosen tadi yang mau masuk. "Pikir Silvi"

seperti silvi mungkin tidak satu dua orang yang berpikiran sama.
 
yaa maaf ngagetin. lahh dosennya belum datang? "Tanya Sugik"
biasanya 15 menit setelah mulai waktu kuliah. "Jawab Trisna"
aku pantes kayaknya gantiin sementara nih. ya adek-adek matakuliah kali ini ada hubungannya dengan gunung, teknologi gunung padang hahaha. "Canda Sugik sambil berjalan dari arah pintu"

candaan itu membuat satu ruangan tertawa ditambah eksperi peragaan tubuh yang makin menjadi-jadi. rasa mules akibat tawa berubah menjadi tegang ketika suara botuk terdengar. entah dari kapan pak dosen berdiri didepan pintu. uniknya, dia tidak marah. hanya mengamati dan mengatakan "Menarik". 

.....

Tidak ada rencana atau niatan untuk mendaki gunung hanya obrolan biasa saja yang mungkin biasanya jadi wacana. Dikelas trisna seringkali ngobrolin tentang kapan mau naik gunung kepada beril yang sama-sama punya pengalaman mendaki gunung. saya berada disebelah mereka disaat ngobrolin tentang rencana naik gunung yang tidak sengaja diajak untuk mengikuti pendakian di gunung pundak. sebenarnya pundak ini bukan gunung yang dibayangkan tinggi megah diatas awan-awan dan dipenuhi tumbuhan edelweis, karena diketinggian sekitar seribu, edelweis tidak tumbuh disini. setelah mencari info mengenainya hanya dataran perbukitan yang sukup luas disertai background pegunungan yang tampak jelas dengan kondisi air yang berlimpah disetiap perjalanannya dan estimasi waktu tempuh sekitar 3 jam cukup untuk pendaki pemula. Tidak salah banyak sekali para pengunjung yang datang karena pemandangan kekarnya gunung - gunung tampak jelas seperti tidak jauh dari pandangan yang melihatnya. berbicara kekar tentang gunung membuat kami mengingat legenda gunung padang yang pernah diceritakan bapak dosen mengenai arsitektur dan teknologi pada jaman itu yang membuat gunung padang seperti bangunan piramid yang tersusun.

Waff.. besok sore kita jadi berangkatnya. "Seru Beril"

Terus kita kumpul dimana? "Tanya Wafa"

Kemungkinan kita (Beril dan Trisna) yang datang ke kosan mu. "Jawab Beril"

Kamu ajak teman mu aja gak apa-apa. "Seru Trisna"

arda siap katanya barusan aku hubungi. "Seru Wafa"

berempat yaa berarti, persiapan waff. "Kata Beril"

kamu bilang ke arda buat persiapan. masalah tenda dan logistik aku yang handle "Seru Trisna"

oke tris.. arda juga punya nesting mungkin bisa dibawa. "Seru Wafa"

Kami berencana mematangkan kegiatan ini mengenai keberangkatan dan pembagian tugas. banyak hal yang belum kami ketahui apakah sangat diwajibkan melakukan pendaftaran online karena sekarang salah satu balai konserfasi taman hutan raya (Tahura). sedikit sekali informasi tentang pendakian gunung pundak. banyak website hanya menginformasikan mengenai jalur resmi dan estimasi pendakiannya saja. dari beberapa blog yang saya baca mengenai pengalaman para pendaki gunung pundak, mereka melakukan registrasi setelah sampai pos perizinan.

.....

Pukul 17.00 Wafa terus memandangi jam tangannya sambil menunggu kedatangan Beril dan Trisna. disatu sisi arda sedang mempersiapkan segala barang bawaan yang dia masukan ke carrier, tampak besar sebuah carrier terlihat oleh wafa yang sedang duduk diruang tengah, karena pintunya terbuka. sebelumnya wafa dan arda adalah teman satu kos serta kamarnya pun berdekatan dilantai bawah. ketika sedang lelahnya menunggu terdengar suara bel kemudian dilanjut dengan suara panggilan seseorang "Ardaaa" saya tidak begitu kenal dia siapa. tapi setelah diperhatikan orang ini pernah kesini, tepatnya bertemu arda. "nah ini hadi. mau ikut juga katanya" seru Arda. wafa kaget. menyetujui namun heran kenapa tidak mengkomunikasikan terlebih dahulu, karena rencana kami yang sebelumnya berempat kini berlima dengan kejutan yang dibawa oleh arda. hal yang sama juga dirasakan dengan beril dan trisna ketika telah datang.

Kok aku gak tenang gini yaa tris? padahal persiapan udah. "Tanya Wafa"

Sholat sunah dua rokaat dulu waf, biasanya gitu buat nenangin. "Saran Trisna"

aku sholat dulu berarti yaa. "Seru Wafa"

sekalian magrin gak apa-apa. kita sekalian jamaah disini. "Seru Beril"

Setelah sholat dan persiapan mau berangkat Trisna mendapat pesan wa bahwa temannya, yakni silvi masuk rumah sakit. jadi kita langsung menuju rumah sakit yang di informasikan terlebih dahulu sebelum mulai keberangkatan. Silvi teman kami, satu kelas juga dengan Trisna, Beril, dan Wafa. saya yang melihat dia seperti singa mengusai rantai matematika dikelas, heran jika dia tiba-tiba masuk rumah sakit dan tidak memberi kabar.

Sudah ada marko dan dinda yang menemani ketika kami datang kesana. saya tidak tahu kalau Marco kirim pesan ke saya, dalam pesan chat juga sebelumnya Marco mengabarkan silvi kecelakaan. namun saya baru buka pesan setelah dikabari oleh Marko untuk buka pesan yang dia kirim. Silvi masuk rumah sakit karena penyakit vertigo nya yang kambuh ketika sedang melakukan perjalanan, karena itu yang mengakibatkan dia kecelakaan berkendara. sejauh yang kami lihat lukanya tidak terlalu parah dan masih dalam kondisi sadar. dia hanya mengatakan kelelahan saja. waktu yang tidak banyak mungkin bisa menemani dan menghibur, karena nanti malam orang tuanya akan datang. lagi pula malam ini kami harus melakukan perjalanan sampai tahura via pendakian gunung pundak.

.....

Sesampainya di pintu masuk pendakian. Kami diarahkan oleh tukang parkir untuk menemui seseorang yang berdiri didepan pos. 

Mas nya sudah melakukan registrasi online? "Kata seseorang tadi"

Ohh saya tidak tahu mbak kalau sekarang online. "Jawab Wafa"

Dari pihak tahura sekarang memberlakukan pendaftaran secara online, karena agar mudah mengatur jumlah pendaki yang naik. "Seru mbak nya"

Jadi kita harus daftar online dulu nihh sekarang? "Tanya Wafa"

Iya mas silahkan buka laman baru kami. Bisa di baca-baca dulu dan persiapkan syarat-syarat nya, nanti saya bantu buat pengisiannya. "Kata mbak nya"

Registrasi tidak seperti dulu yang beril perkirakan, datang dan langsung brangkat. kebijakan baru ini ditetapkan membuat pendaki lain merasakan kebingungan yang sama. Tapi setidaknya ini hanya peringatan kedepan nya jika mau melakukan pendakian terlebih dahulu untuk registrasi secara online. Setelah dari mbak berpakaian jaket tebal tadi kami diarahkan segera melakukan pembayaran administrasi dan menunda KTP di loket pos pembayaran. 

Besok paling jam 11 an udah turun. "Kata Trisna"

Total 5.5000 ribu untuk berlima. "Kata bapak penjaga loket"

Nih pak. Sekarang registrasi nya harus online yaa? "Tanya Beril"

Ohh iyaa, sekarang kan pundak ini masuk konservasi tahura jadi segala pendakian harus teratur dan tiap harinya ada batasan 200 orang buat naik. "Seru Bapak tadi"

Tapi informasi di internet belum muncul yaa kalau diwajibkan untuk registrasi terlebih? "Tanya Wafa"

Yaa karena ini kan masih baru informasi nya, jadi boleh registrasi dari sekarang. Nanti lama kelamaan orang-orang juga tahu sendiri kok mas. "Seru Bapak tadi"

Hahaha benar yaa pak. "Kata Wafa"

Wahh ini mas nya anggota komunitas pendaki ini lihat dari bajunya. "Seru Bapak tadi"

Hahaha bisa aja. Baju sudah lama ini. "Kata Wafa"

Kami memang memutuskan untuk melakukan pendakian dimalam hari, tapi sebelum itu ada musholah yang akan kita tempati untuk melaksanakan sholat isya agar perjalanan lebih tenang dan setelah itu dilanjut dengan persiapan keberangkatan. 

Alfatihah... "Setiap dari kami mungkin membaca doa yg berbeda-beda, tapi tetap punya tujuan yang sama. selamat sampai tujuan. 

...... 

Gelapnya malam ditaburi bintang-bintang yang saling berpasangan membentuk zodiak scorpion, canser, aurus, dll. Sebuah ramalan yunani kuno yang masih populer hingga saat ini, tentang itu arda berpikir ketika melihat bintang yang membentuk aurus. Akankah hidup saya seberuntung kisah legendaris sang dewa tersebut. "Duuukk" Nyatanya tidak! Arda terjatuh ketika tersandung batu besar. Dia tidak melihat ada batu didepan nya, karena seringnya menatap ke atas langit. Bukannya langsung cepat menolong kami malah tertawa karena sebelumnya dia ngomong melantur tidak jelas, tapi sekiranya seketika itu dia bisa  bangkit kembali. 

Dari awal jalur pendakian memang sudah menanjak seperti ini. Saya mengingat ketika melihat jam tangan setelah doa, waktu itu jam pukul 21.35 dan sekarang tepat jam 22.00 WIB kami baru saja melewati pos 1 yang dimana terdapat gazebo kecil dan bak penyimpanan air yang mengalir melalui keran. Pantas jika setelah melewati gazebo medan yang kami lewati basah, karena kucuran air keran dari atas bak mengalir melalui lintasan pendaki.

.....

Suara keramaian mulai menghilang, biasanya itu tanda bahwa perjalanan kami sudah jauh dari post perizinan. Seperti suara bisingan nyamuk yang tiba-tiba "hap" ditangkap, seperti menggambarkan keadaan saat ini. Pendakian kami mulai membosankan karena sunyinya suasana. Sempat berpikir apa hanya kami rombongan yang melakukan pendakian di jam sekarang. disaat bersamaan senter tembak yang menerangkan kami tiba-tiba mati. gelap disekeliling kami hingga cahaya muncul dari handphon yang beril nyalakan.

Alunan musik mengiringi langkah kami. Lagu demi lagu, album demi album, hingga berputar kelagu yang sebelumnya. Membuat kami tidak sadar perlahan melewati pos 2 dan sekarang sudah di pos tiga pada pukul 23.40 WIB. estimasi perjalanan 1 jam lebih dari pos 1 hingga pos 3, karena di pos dua kami beristirahat sebentar. Di pos 2 kami tidak melihat apa pun selai gazebo yang ukuran nya lebih besar dibandingkan gazebo yang kami lihat sebelumnya di pos 1. Berbeda dengan pos 3 kami tidak melihat gazebo melainkan mata air yang mengalir dari pancuran pipa-pipa yang dipasang. Disini pula kami mengisi ulang air minum, karena dalam perjalanan ke pos 3 sudah menghabiskan 1 botol minum berukuran besar.

"Penat hilang hati pun senang" Itulah ungkapan hati ketika telah melewati hutan-hutan. Kini kami menaiki dataran tinggi dengan lahan luas savana teman orang mendirikan tenda. Dari kejauhan tampak gemerlap cahaya warna warni. Cahaya dipantulkan oleh lampu didalam tenda berwarna dari setiap masing-masing tenda yang lain. Setelah tampak dekat, kami melihat seperti tenda yang berputar berkeliling membentuk formasi dengan papan tulisan dan plang tertulis 1585 Mdpl. Malam mengiringi langkah kami untuk mencari tempat mendirikan tenda. dalam pencarian tempat, hinga kami melewati gemerlap tempat pendaki mendirikan tenda tadi. Setelah sampai batas ujung pendakian, akhirnya kami menemukan tempat yang pas untuk mendirikan tenda didataran yang dikelilingi pepohonan.

"Makan adalah aktifitas yang wajib sebelum tidur" itulah ucapan yang hadi katakan. Sedikit heran, bahkan orang yang tidak terlalu banyak bicara seperti dia kalau masalah makan adalah prioritas. Dalam hal memasak arda adalah urusan nya, karena setiap pendakian dia selalu menjadi juru masak. Arda kali ini dibantu oleh hadi untuk memasak mie instan dan menyeduh teh hangat.

Cetakk... "Suara kompor portable ketika dinyalakan"

Jadi masak apa dulu sekarang? "Tanya Hadi"

Mie hemhemhem.. "Jawab Arda"

Apa gak masak nasi tah? "Tanya Hadi"

Gak ada yang bawa beras pak. "Jawab Arda"

Oh iya seh. ya udah aku masak air buat nyeduh teh hangat. "Seru Hadi"

Entah mengapa kami memang tidak membawa beras, sebelumnya kami hanya sepakat untuk pembagian membawa mie masing-masing tiga bungkus. Inisiatif dari roti membawa roti dan membawa makanan ringan sedikit menyelamatkan kita untuk pengisian tenaga.

Ada apa dengan tenda yang sedang didirikan oleh Trisna dan Beril, karena dari tadi selalu roboh sebelum berhasil. Tampak gemetar tangan Trisna ketika memegang tiang frame dan disatu sisi saya melihat beril yang sedang memasang pasak dengan tubuh yang tiba-tiba bergetar.

Kamu kenapa Beril? "Tanya Wafa"

Dingin Waff. "Jawab Beril"

Parah anak ini malah ditanya lagi. bukannya bantuin. "Seru Beril"

Ya ini aku bantuin.. do'a. Hahahaha. "Canda Wafa"

Yakin mau langsung tidur nihh? "Tanya Trisna"

Paling cuma didalam doang. kan Wafa yang masak, hahaha. "Canda Beril"

Nanti kalau udah mateng bilang-bilang yaa, bay bay masuk dulu. "Canda Trisna"

Candaanku ternyata dibalas, akhirnya aku juga ikut bantu arda mempersiapkan makan malam. pada 01.35 kami makan bersama kemudian dilanjut dengan tidur malam. Mengingat ketika sampai ke tempat pendirian tenda pada pukul 00.30 WIB. Berarti kami menempuh jarak ketinggian 1585 Mdpl dengan waktu 3 jam 5 menit dari pos keberangkatan.

......

Pagi yang cerah disambut dengan dua gunung megah. dari sebelah kiri tampak gunung penanggungan yang terlihat dari tempat kami mendirikan tenda dan sebelah kanan adalah pegunungan anjasmoro yang terlihat amat dekat. Pundak adalah bukit yang dihempit dua pegunungan, karena alasan itu banyak orang-orang menikmati waktu weekend disana.


Pukul 06.00 hingga 07.00 WIB suasana perbukitan masih indah dipandang serta hawanya yang mendukung, karena tidak terlalu dingin dan panas. Wafa, Arda, dan Hadi bangun lebih dulu untuk menikmati suasana terbitnya fajar, sedangkan beril dan trisna memutuskan bangun agak siangan.

Beril ayok bangun. "Seru Wafa"

Bentar Waf, masih dingin ini. "Seru Beril"

Dingin apaan, keluar coba udah gak. "Seru Wafa"

Apa gak mau nikmatin sunrise ta? "Seru Hadi"

iya wis. duluan aja nanti aku nyusul. "Seru Beril"

Banyak spot menarik yang saya foto dari mulai pegunungan itu sendiri, medan pendakian, tenda pemukiman pendaki, bahkan aktifitas orang-orang disekeliling kami. Arda meminjam handphon saya untuk ngefoto handphone nya, karena di handphone nya yang difoto terdapat pesanan tulisan yang tidak sedikit yang menitip tulisan. "Dear Yuka Kontana.. dear Haifa, Riska, dan banyak yang lainya".

Lumayan tuh kalau masang tarif bisa buat ongkos pulang. "Canda Wafa"

Iya ini gan banyak sekali yang minta nitip nama. "Seru Arda"

Lagian mau muncak wara wiri satu kelas, pantes banyak yang nitip nama. "Seru Wafa"

Iya gan saya kerepotan ini mohon dibantu yaa. "Seru Arda"

Oke gan tenang aja saya bantu fotoin. "Seru Wafa"

melihat arda yang sedikit lucu tingkahnya prihatin juga, karena bagaimana tidak lucu setiap ucapan yang dia sampaikan ekspresi muka dan nada suaranya selalu datar. kami berlanjut dengan foto personal dan bersama di tempat-tempat yang kami lewati, kemudian disusul dengan bangunnya Trisna dan Beril untuk mengikuti foto bersama.



Alam raya memberi kabar melalui angin kencang yang menemui kami ketika persiapan untuk pulang. Seperti perintah, angin tersebut berbisik untuk segera bergegas sembari menunjuk titik-titik pendakian. itulah yang membuat kami penasaran. Dari awalnya kita menuju pos pendakian di bawah untuk langsung pulang, hingga tak diduga melanjutkan pendakian MT. Pulosari ketika perjalanan turun menemukan persimpangan menujun kearahnya.

TAMAT
To Be Continue... MT. Pulosari







Komentar

Postingan Populer