TEMBUS PULOSARI 1646 MDPL - [Catatan Pulosari]

MT. Pulosari 1646 Mdpl. Pukul 11.45 WIB

Tampa niatan atau rencana hingga memutuskan melakukan perjalanan ke pulosari, sebelumnya hanya atas dasar rasa penasaran. Pada waktu perjalanan kami sering bertanya-tanya tentang tempat yang kami pandang. Setelah turun meninggalkan dataran tinggi savana di pundak kami tidak melihat pegunungan dan bukit-bukit, karena sekeliling sudah dipenuhi denngan hutan lebat. lambat laun berjalan kami menemukan persimpangan yang menuju perbukitan pulosari. Awalnya hanya praduga, karena setelah turun menemukan plang persimpangan yang menuju pulosari tersimpang menjadi dua jalur ke arah atas, karena itu beril mencoba menavigasi dan menemukan titik percabangannya.

Ternyata arah pulosari tidak seperti yang kami kira, karena jalan setapak yang kami lewati amat sangat kecil. Medan semakin tinggi dan menanjak membuat kaki kami bergetar ketika melangkah. Pendakian gunung tidak seindah nyanyian lagu anak kecil, nyatanya kiri kanan bukan pohin cemara melainkan jurang yang tumbuhi rumput gersang.

Akhir-akhir ini kami sering beristirahat, karena waktu semakin siang dan cuaca semakin panas. Dari posisi paling depan saya melihat hadi yang tampak kelelahan, namun dia tidak pernah mengeluh dalam perjalanan. Saya sedikit tertawa ketika melihat ekspresi muka hadi saat itu yang kalau dilepaskan seperti ungkapan "Walahh kurangajar, sebenarnya ini pada mau kemana seh" sambil melihat jarak di depan. Ketika melihatnya pengen sekali ngomong "Ayok ungkapkan saja di.. ungkapkan keluh kesah mu". Bekal air sudah semakin habis ketika kami beristirahat di lahan yang cukup lebar dengan dua pohon yang menaungi, karena kami melihat dilahan itu terdapat dua tenda pendaki. Dari tempat ini juga kami bisa melihat dataran pundak yang sebelumnya kami tempati. 





Moment tercipta jika adanya cerita, karena moment sesuatu yang dikenang dan diabadikan ceritanya. Cerita sendiri terjadi jika adanya interaksi, oleh karena itu kami disini berusaha agar komunikasi dan kebersamaan tetap terjadi. Pukul 10.45 WIB kami masih dalam perjalanan menuju pulosari. kami tidak ingat kapan kami berangkat, karena bingung mengenai start keberangkatan antara pundak atau persimpangan. tapi setidaknya tepat dipukul ini kami melakukan perjalanan lebih dari 1 jam.

Parah nih anak, airnya malah dihabiskan. "Seru Beril"
Tadi katanya udah gak apa-apa, habiskan saja tinggal sedikit. "Seru Trisna"
Iya gak apa-apa habiskan saja. "Seru Arda"
Tuh kan arda yang ngomong. yok wes. "Seru Trisna"
Ini ada gula bisa buat stamina. "Kata Arda sambil memberikan botol berisi gula"
Gula pasir itu da? "Tanya Hadi"
Saya kira susu tadi, karena warnanya putih didalam botol lagi. "Pikir Hadi"
ya udah sini coba. "Beril sambil mengambil botol gula yang diberikan arda"

Perjalanan yang konyol sebenarnya dan tidak boleh ditiru, karena lepas tembus pulosari tanpa persiapan logistik bahan makan dan minum. Bergantung pada satu botol berisi gula yang kami nikmati selama perjalanan membuat kami ingat kabar kalau sesuatu yang manis-manis itu meningkatkan stamina. Pantas jika dalam perjalanan langkah terasa cepat semakin cepat dan mudah lelah. Lutut Wafa bergetar lemas, karena dia sadar sejak tadi malam melakukan pendakian ke pundak tidak makan nasi. Mungkin ini yang dirasakan Hadi, Arda, Trisna, dan Beril. Seperti anak bangsa negeri ini yang lainnya terbiasa akan makan nasi sebagai sumber energi utama tidak tergantikan. 

Sumpah kaki ini lemes banget. "Seru Wafa"
Sudah sampai kok Waff. "Seru Trisna"
Ini tempatnya? masih ada juga yang ngecamp disini yaa. "Seru Wafa"
Iya. ayok cari tempat biar gak panas. "Seru Trisna"
Nahh ini. dibawah pohon biar gak panas dan silau. "Seru Beril"
Buruan kalau mau foto-foto waff. tapi aku tinggal tidur wkwk. "Canda Trisna"


Heran ketika masih saja ada orang yang camp ditempat ini apa lagi siang dengan cuaca yang panas seperti ini. Satu rombongan pendaki sepertinya sengaja camp ditempat ini untuk melihat pundak dari kejauhan dan megahnya dua gunung penanggungan anjasmoro ketika sunrise tiba. Tepat kami beristirahat tidur sejenak rombongan pendaki itu berpamitan pulang lebih dulu kebawah.

Belajar dari yang telah berlalu bahwa untuk mengetahui sesuatu hal ada batas dan waktunya, karena ketika memiliki batas-batas dan waktu yang cukup pasti akan berjalan sebagaimana mestinya. namun jika kedua syarat tidak terpenuhi pasti ada sesuatu hal yang dikorbankan, tapi batasan bisa ditembus dengan terus berpikir positif. Berpikir positif yang terus kami lakukan dalam perjalanan dengan tidak sadar mampu mengubah mindsite. Ada hal yang kami lupakan. Seperti layaknya handphone yang butuh di cas dan kendaraan dengan subsidi, manusia juga perlu konsumsi untuk tenaga dan bertahan hidup.

TAMAT. 
mt. pulosari 1646 mdpl.





Komentar

Postingan Populer